Rabu, 20 Oktober 2021

Udang Galah (Macrobrachium Rosenbergii)

Udang Galah tergolong jenis udang yang hidup di perairan tawar berasal dari keluarga palamonidae dan marga macrobranchium. Udang ini merupakan udang asli perairan Indonesia. Selain di Indonesia, udang bernama baby lobster ini juga ditemukan di beberapa negara Asia tenggara, terutama Malaysia. Daerah penyebarannya mencakup perairan Indonesia Pasific hingga ke timur Afrika. Hingga saat ini udang galah banyak ditemukan disungai atau danau yang pribadi mempunyai kanal ke laut. Nama udang galah di ambil dari bentuk dan ukuran kakinya yang bercapit dan panjang seperti galah. disetiap kawasan, udang galah mempunyai nama yang berlawanan, misalnya uang galah (Riau dan sebagian Sumatera), udang satang (Jawa dan Sunda), dan udang watang (Sumatra).

Udang galah tersebut dikelompokkan sebagai udang galah setempat. Udang galah setempat inilah yang selama ini banyak dibudidayakan petani udang di tanah air. Sosok fisik udang galah setempat sangat khas, yaitu ukuran kepalanya lebih besar dari pada tubuhnya dan ukuran tubuhnya tidaklah terlalu besar alasannya ialah laju pertumbuhannya yang lambat. 

Dari faktor bisnis kedua faktor tersebut kurang menguntungkan karena daging yang bisa dikonsumsi cuma sedikit. Karena itu, para peneliti kemudian melakukan seleksi dan perkawinan silang bebagai jenis udang galah hingga karenanya diperoleh jenis udang galah gres yang kualitasnya lebih baik dari pada udang galah setempat, yakni udang galah GIMacro atau disebut dengan udang galah super. 

GIMacro yakni akronim dari Genetic Improvement of Macrobranchium rosenbergii atau udang galah yang mutu genetiknya dengan banyak sekali perbaikan. Udang galah ini merupakan hasil riset dari Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (balitkanwar) Sukamandi, Subang, Jawa Barat.

Klasifikasi Ilmiah: 

Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
bangsa : Decapoda 
Suku : Palaemonidae
Marga : Marcobrachium
Spesies : Marcibrachium rosenbergii (De man)
varietas : GIMarco (Genetics improvement of Marcobrachium rosenbergii)


Umumnya, bobot badan udang galah lokal berakal balig cukup logika sekitar 300 gram/ekor. Tubuh tersebut terdiri atas ruas-ruas yang tertutup kulit keras. Kulit keras tersebut terdiri zat kitin yang kaku. Akibatnya, kulit udang tidak dapat mengikuti perkembangan tubuhnya sehingga setiap kurun tertentu kulit tersebut akan dilepas untuk diganti dengan kulit baru yang tepat dengan pertumbuhan tubuhnya, hal ini disebut moulting. Mekanisme perubahan kulit ini dikontrol oleh hormon yang dihasilkan oleh salah satu kelenjar yang terdapat pada pangkal tangkai mata. 

Tubuh udang galah terdiri atas tiga bab, yaitu cephalothorax, abdomen (tubuh), dan uropoda (ekor). Cephalotorax ialah adonan dari kepala dan dada udang galah. Bagian ini dikemas oleh kulit keras yang disebut dengan kerapas atau cangkang. 

Bagian depan kepala udang galah terdapat tonjolan karapas yang bergerigi (rostrum). Rostrum digunakan untuk mengidentifikasi jenis udang galah. Caranya, dengan membedakan jumlah gerigi yang terdapat pada rostrum tersebut.


Bagian abdomen terdiri atas lima ruas. Setiap ruas dilengkapi sepasang kaki renang (pleiopoda). Kaki renang pada udang betina agak melebar dan membentuk ruang untuk mengerami telurnya (broodchamber). Sementara itu, uropoda merupakan ruas terakhir dari ruas tubuh yang kaki renangnya berfungsi selaku pengayuh atau yang biasa disebut dengan dengan ekor kipas. Uropoda terdiri atas kepingan luar (eksopoda), belahan dalam (endopoda), dan pecahan ujung yang meruncing (telson).

Warna kulit udang galah lazimnya biru kehijauan. Di perairan lazim, kadang-kadang ditemukan udang galah yang berwarna kemerahan. Perubahan warna ini dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggalnya, sebagai proses adaptasi fisiologis udang. Selain itu, pergeseran warna juga di pengaruhi oleh kandungan astaxantin dari protein yang dikonsumsi udang. 

Sepintas, udang galah jantan dan betina dapat dibedakan menurut bentuk dan ukuran kakinya. Kaki udang galah jantan jauh lebih besar dan panjang dari pada kaki udang galah betina. Seluruh permukaan kaki udang galah jantan dan betina ditumbuhi duri (spina).

Udang galah hidup di sungai, danau, rawa dan perairan lazim yang bermuara ke laut. Pada satadium larva hingga benur (juvenil) udang galah hanya didapatkan di air payau. Setelah itu, udang galah muda dan arif balig cukup nalar akan bermigrasi dan meningkat biak di air tawar.

Sebagai binatang yang bersifat "euruhaline" mempunyai toleransi yang tinggi terhadap salinitas air, merupakan antara 0-20 per mil. Hal ini bekerjasama akrab dengan siklus hidupnya. 



Telur Udang Galah 

Udang galah meningkat biak di daerah air tawar pada jarak 100 km dari muara, lalu telurnya terbawa pemikiran sungai hingga ke laut. Larva yang menetas dari telur paling lambat 3-5 hari mesti mendapatkan air payau. Kemudian larva meningkat dan melakukan metamorfosis sampai menjangkau pascalarva di perairan payau. Stelah menjelma udang galah muda dan akil balig cukup akal, udang galah akan kembali bermigrasi ke parairan tawar untuk berkembang dan kembali berkembang biak.

Penyebaran udang galah mulai dari Indo-Pasifik, yakni dari kepingan Timur Benua Afrika hingga Semenanjung Malaya. tergolong Indonesia. Di Indonesia udang galah terdapat di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Irian.

Udang galah termasuk binatang omnivora yang merupakan binatang pemakan materi hewani maupun materi nabati. Di alam, materi hewani yang dikonsumsi berbentukcacing air, larva insecta (serangga air), mollusca (kerang-kerangan), dan Crustacea (golongan udang) renik, sedangkan kelompok bahan nabati yang dikonsumsi yakni berbentukalga benang, jaringan-jaringan tanaman, dan detritus.

Saat pertumbuhan udang galah mengalami perubahan kulit (molting), di ketika mirip itu udang galah mampu bersifat kanibal (memangsa sesamanya). Umumnya udang yang molting akan menjadi mangsa udang yang yang lain yang tidak sedang molting karena kondisi tubuhnya yang sedang lemah.




Referensi :
Hadie,Wartono dan Lies Emmawati, Budidaya Udang Galah GIMacro di bak Irigasi, Sawah Tambak dan tambak, Jakarta: Penebar Swadaya, 2002
Amri,K dan Khairuman, Budidaya Udang Galah Secara Intensif, Jakarta: Agromedia Pustaka, 2004
mesti di isi/search?q=teknik-pembenihan-udang-galah_18
http://books.google.co.id/books.id=vxJ9k2M1OIYC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false