Lobster laut merupakan jenis binatang invertebrata yang memiliki kulit yang keras dan tergolong dalam kalangan arthropoda. Memiliki 5 fase hidup mulai dari proses produksi sperma telur, kemudian fase atau larva, post larva, juvenil dan remaja. Secara umum lobster remaja mampu didapatkan pada hamparan pasir yang terdapat spot-spot karang dengan kedalaman antara 5–100 meter. Lobster bersifat nokturnal (aktif pada malam hari) dan melaksanakan proses moulting (pergantian kulit).

Klasifikasi Ilmiah :
Filum : Anthrophoda
Sub Filum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Bangsa : Decaphoda
Suku : Palinuridae
Genus : Panulirus
Spesies :
Panulirus homarus, P.Penicillatus, P.Longipes, P.versicolor, P.ornatus, P.poliphagus.
Secara morfologi lobster mempunyai badan yang beruas-ruas mirip udang kebanyakan. Tubuh lobster terdiri atas dua bagian utama yakni penggalan kepala yang disebut cephalotorax dan bab tubuh yang disebut abdomen. Pada serpihan badan berbentuk ruas-ruas yang dilengkapi dengan lima pasang kaki renang dan sirip ekor yang berupa menyerupai kipas. Hal inilah yang membedakan lobster dengan udang pada umumnya.
Lobster atau spiny lobster (Panulirus sp), gampang diketahui alasannya bentuknya lebih besar ketimbang udang-udang lain. Selain bentuk badan yamg lebih besar, kerangka kulit lobster kaku, keras dan mempunyai zat kapur. Sedang udang kulitnya tipis, bening, tembus cahaya dan terdiri atas zat khitin. Hampir seluruh tubuh lobster terdapat duri-duri besar-kecil yang kokoh dan tajam-tajam, mulai dari ujung sungut kedua (second antena), kepala, bagian belakang tubuh dan lembaran ekornya.
Penampilan tubuhnya seram khususnya pada penggalan kepalanya. Kepala lobster bahwasanya merupakan adonan kepala dan dada (cheplatorax), tertutup kerangka keras dari kapur, besar mengembung dan bisanya berduri. Di ujung kepala terdapat dua pasang sungut. Satu pasang sungut pertama berduri dan berupa ibarat cambuk yang panjangnya melebihi panjang tubuh. Sepasang sungut yang kedua kecil dan bercabang, bentuknya juga menyerupai cambuk. Mempunyai lima pasang kaki. Sepasang kaki yang pertama tidak membesar tetapi membentuk mirip capit yang kokoh.
Perutnya (pecahan abdomen) besar lengan berkuasa dan beruas. Pada ujung terdapat ekor yang berisikan lima lembar kipas yang tipis dan mampu ditekuk. Bagian ini biasa disebut ekor (europoda) dan pecahan ujungnya disebut telson. Warna lobster yang umum dijumpai di pasaran ialah hiaju-busuk tanah dengan garis-garis putih melintang pada abdomen. Tangkai sungut yang besar (sungut pertama) lazimnya berwarna merah muda.

Lobster yang berakal balig cukup logika mepunyai ukuran meraih 20 cm dan sering berganti kulit (moulting). Tempat hidup lobster pada perairan dangkal sampai pada maritim berkedalaman 400 meter (Kanciruk, 1980). Namun biasanya lobster hidup di tempat terumbu karang di perairan dangkal hingga pada kedalaman 100 m. Lobster berdiam di dalam lubang-lubang karang atau menempel pada dinding-dinding karang. Lobster yang muda menggemari perairan karang dangkal pada kedalaman 0,5-3,0 m, lobster muda menggemari perairan dengan dasar pasir berkarang yang ditumbuhi lamun. Setelah menginjak dewasa, lobster bergerak keperairan yang lebih dalam, dengam kedalaman anatar 7-40 m yang lazimnya perpindahan dilaksanakan pada sore hari.
Lobster mempunyai daur hidup yang kompleks. Telur yang sudah dibuahi menetas menjadi larva dengan beberapa jenis tingkatan (stadium) yang berlawanan pada tiap jenis. Untuk mengetahui lobster jenis betina dan jantan mampu dikerjakan secara morfologis, utamanya pada lobster sampaumur. Pada lobster betina, di dasar kaki jalan yang ketiga terdapat lubang peneluran. Pada pasangan kaki jalannya yang kelima terdapat capit yang tidak tepat, yang terjadi karena perubahan ujung kaki yang tumbuh bercabang dua dan ujung ruas kaki selanjutnya berkembang menjadi semacam duri. Capit ini merupakan capit semu, gunanya untuk merobek kantung sperma yang ada pade waktu pemijahan ditempelkan di antara kaki-kaki ketiga, keempat dan kelima oleh lobster jantan.
Kaki renang lobster betina terdiri atas dua lembar, di mana lembaran sisi luar lebih besar (seperti daun) dari lembaran yang lain (lembaran segi dalam). Lembaran segi dalam ini agak bercagak dua, kaku, ramping dan berbulu panjang-panjang, gunanya biar waktu bertelur, telur-telur tersebut menempel sebelum menetas menjadi larva. Lobster betina lebih muda dimengerti kalau mengandung telur.
Pada lobster jantan, kaki jalannya semua sama, pada ujungnya hanya terdapat kuku-kuku runcung. Kaki renangnya cuma satu lembar. Lembaran kedua sama sekali tidak berkembang, cuma berupa tonjolan menyerupai tumpul. Pada pangkal kaki kelima terdapat semacam tonjolan lipatan kulit yaitu liang sperma, tempat di mana sperma nantinya dikeluarkan pada waktu pemijahan. Pada lobster betina dan jantan masing-masing terdapat indung telur dan sepasang kantong sperma. Kantong sperma bermuara pada dasar kaki jalan kelima dan lubang peneluran bermuara pada dasar kaki jalan yang ketiga. Biasanya ukuran lobster jantan lebih besar dari betinanya, sehingga jantanlah yang paling banyak diincar dan diminati oleh penikmat lobster.
Lobster tidak melakukan pemijahan sepanjang tahun, melainkan pada info terkini-isu terkini tertentu, meskipun lobster mampu memijah lebih dari satu kali. Banyaknya telur bergantung pada besar kecilnya lobster yang melakukan pemijahan. Biasanya antara 10.000-100.000, bahkan bisa mencapai lebih. Ukuran induk ketika matang gonad sangat bermacam-macam. Lobster jenis P. Versicolor matang gonad sesudah mencapai panjang karapas (CL) 66 mm untuk betina dan 72 mm untuk jantan. Untuk jenis P. Homarus, kematangan gonad betina dan jantan masing-masing CL-nya berukuran berskala 54 mm dan 50-60 mm.
Waktu pemijahan, lobster jantan meletakan cairan kental dari liang spermanya ke dekat lubang peneluran yaitu di antara kaki ketiga, keempat dan kelima dari lobster betina. Kemudian cairan itu mengeras dan menjadi semacam kantong sperma. Setelah itu lobster betina mulai mengeluarkan butir-butir telur berwarna merah kunyit, yang melekat pada kaki-kaki renangnya dibawah abdomen. Kemudian lobster betina akan merobek kantong sperma tersebut dengan kaki yang runcing dan terjadilah pembuahan.
Dalam perkembangan selanjutnya lobster betina akan menjinjing telurnya ketempat yang lebih dalam. Biasanya kedasar perairan yang berbatu karang, berliang-liang atau bergua-gua. Lobster tidak menggemari tempat yang berarus memiliki efek ataupun berombak berlebihan dan dasar yang berlumpur. Lobster menggemari perairan yang berumput maritim dan banyak binatang kecil dan cacing.
Seperti halnya jenis dari bangsa udang dan kepiting lainnya, telur lobster tidak lansung menetas tepat mirip lobster remaja. Tetapi, melalui tingkatan-tingkatan pergantian yang diketahui dengan larva (embrio yang bisa hidup bebas). Telur yang sudah masak akan menetas menjadi naupli lobster (nauplisoma) dalam waktu 3-5 hari. Fase nauplisoma biasanya berlansung relatif singkat, kemudian nanti berganti kulit menjadi filosoma (pyllosoma). Fase filosoma berlansung selama 3-7 bulan. Filosoma akan berkembang menjadi puerila (puerulus/puerilla). Bentuk puerila telah seperti lobster sampaumur, namun belum mempunyai kulit luar yang keras dan mengandung zat kapur. fase puerila berlansung selama 10-14 hari, kemudian berganti kulit menjadi lobster muda yang berskala 7-10 cm dan sudah memiliki kerangka luar yang mengandung zat kapur.

Lobster (Panulirus) yakni binatang nokturnal atau aktif di malam hari, utamanya dalam mencari makan. Pada siang hari, lobster beristrhat dan bersembunyi di wilayah-tempat yang gelap, di lubang-lubang dan di balik watu karang. Sifat nokturnal dapat dimanfaatkan oleh pembudidaya dengan memberi pakan pada sore menjelang malam atau malam hari dengan takaran yang lebih banyak. Wadah budidaya perlu dilengkapi dengan shelter (pelindung) yang menjadi tempat persembunyian lobster. Bahan yang dipakai berupa pipa paralon sepanjang 30-50 cm dengan diameter diubahsuaikan dengan ukuran lobster. Bisa juga menggunakan kerikil karang atau bata yang disusun memungkinkan lobster berlindung dan bersembunyi.
Habitat alami lobster merupakan tempat terumbu karang di perairan pantai dari yang dangkal sampai 100 meter di bawah permukaan maritim. Di Indonesia, daerah terumbu karang yang merupakan perairan hidup lobster seluas kurang lebih 67.000 km². Habitat lobster di Indonesia tersebar di perairan wilayah Sumatera Barat, timur Sumatera, selatan dan utara Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Selat Malaka, timur Kalimantan, barat Kalimantan, selatan Kalimantan, utara dan selatan Sulawesi, serta Maluku dan Papua, utamanya Laut Arafuru.
Harga lobster tergolong tinggi baik di pasar domestik maupun pasar ekspor. Nilai lobster yang tinggi dan akses pasar yang tanpa hambatan mendorong penangkapan lobster di alam dikerjakan secara intensif. Di Indonesia terdapat enam jenis lobster, namun yang banyak dikenal oleh penduduk cuma dua jenis, yakni lobster mutiara (Panulirus versicolor) dan lobster bambu (Panulirus penicillatus). Harga lobster mutiara umumnya lebih tinggi, bisa menjangkau 2-3 kali lipat dibandingkan dengan lobster bambu. Kondisi fisik (morfologis) lobster pun sungguh menentukan tingkat harga. Lobster yang masih hidup, sehat, dan tidak cacat condong lebih mahal. Sementara, lobster yang cacat atau mati, harganya jauh lebih murah untuk semua jenis.
awsassets.wwf.or.id/downloads/capture___bmp_lobster___des_2015.pdf
harus di isi/search?q=budidaya-lobster-laut
mesti di isi/search?q=budidaya-lobster-laut
https://farming.id/mengenal-lobster-udang-bernilai-tinggi/
https://apamaksud.com/blog/lobster-udang-karang/