Kamis, 21 Oktober 2021

Ikan Tawes (Barbonymus Goniono)

Ikan tawes yakni ikan sungai yang umum dimakan di kawasan Asia Tenggara. Ukurannya sedang dan simpel dibudidayakan di kolam-kolam. Menurut catatan FAO, ikan ini pernah diintroduksi ke Filipina (1956) dan ke India (1972). Ikan ini masih berkerabat dengan ikan nilem. Pieter Bleeker sudah mengidentifikasi hewan ini pada kala ke-19 dan memberi nama berlainan untuk yang didapatkan di Indonesia (Barbus gonionatus, dengan alternatif Puntius gonionatus, Barbonymus gonionatus, serta Barbodes gonionatus, 1850), dan di Jawa (Barbus javanicus, dengan alternatif Puntius javanicus, 1855). Garibaldi (1996) merevisi P. gonionatus selaku Barbus gonionatus, tetapi Kottelat (1999) merevisi kembali dengan memadukan kedua spesies dengan dua spesies lain selaku satu spesies, Barbonymus gonionatus. Nama terakhir ini yakni nama yang dianggap valid.

Nama-nama yang lain, di antaranya lawak, lalawak (melayu); turub hawu (Sunda.); dan tawes, badir (Jawa.). Ada juga yang menyebutnya lampam jawa. Dalam bahasa Inggris, ikan ini dinamai Java Barb, Silver Barb, atau juga Tawes. Ikan ini juga masih berkerabat dengan ikan nilem.

Klasifikasi ilmiah :

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Barbonymus
Spesies : Barbonymus gonionotus
Barbus gonionotus Bleeker, 1850
Barbus javanicus Bleeker, 1855
Barbus koilometopon Bleeker, 1857
Puntius jolamarki Smith, 1934
Puntius viehoeveri Fowler, 1943

Bentuk tubuh agak panjang dan pipih dengan punggung meninggi, kepala kecil, moncung meruncing, verbal kecil terletak pada ujung hidung, sungut sangat kecil atau rudimenter. Di bawah garis rusuk terdapat sisik 5½ buah dan 3-3½ buah diantara garis rusuk dan awal sirip perut. Garis rusuknya tepat berjumlah antara 29-31 buah. Badan berwarna keperakan agak gelap di cuilan punggung. Pada moncong terdapat tonjolan-tonjolan yang sungguh kecil. Sirip punggung dan sirip ekor berwarna abu-abu atau kekuningan, sirip dada berwarna kuning dan sirip dubur berwarna oranye terang.

Secara biasa Ikan tawes memiliki bentuk badan sedikit gepeng pipih kesamping dan memanjang dengan bentuk punggung relatif tinggi. Tinggi badannya 2,4 – 2,6 kali panjang tolok ukur. Bentuk ekspresi runcing terletak diujung terminal (tengah) dan mempunyai dua pasang sungut yang sangat kecil. Tubuhnya ditutupi oleh sisik yang berwarna putih keperak-perakan dan pada cuilan punggung berwarna lebih gelap kehijau-hijauan sedangkan warna sisik dibagian perut lebih putih. Panjang tubuhnya mampu menjangkau 55 cm dengan berat kurang lebih 2,5 kg.
Bagian Depan Ikan Tawes

Bagian Belakang Ikan Tawes

Ditinjau dari bentuk tubuhnya, ikan tawes merupakan penghuni sungai yang berarus deras dengan bentuk tubuh langsing dan ekor bercagak. Ikan tawes ini meningkat dengan baik di tempat yang terletak antara 0 - 800 m dari permukaan maritim, akan namun yang lebih baik untuk pemeliharaan tawes yaitu antara 50 – 500 m di atas permukaan bahari, dengan suhu optimum sekitar 25 – 33o C. Selain itu, tawes juga berkembang baik di rawa-rawa, danau dan perairan yang agak payau dengan kadar garam 7 pro mil.

Di alam, tawes didapatkan hidup di jaringan sungai dan anak-anak sungai, dataran banjir, hingga ke waduk-waduk. Agaknya ikan ini menggemari air yang diam menggenang. Tercatat pula migrasi ikan ini meski tidak terlalu jauh, yaitu dari sungai besar ke bawah umur sungai, jalan masuk, dan dataran banjir, khususnya di awal isu terkini hujan. Penyebaran alaminya tercatat di Sungai Mekong, Chao Phraya, Semenanjung Malaya, Sumatera dan Jawa.

Ikan tawes termasuk golongan pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora), dengan jenis makanannya berisikan daun-daunan seperti daun singkong, rumputan-rumputan serta daun talas. Larva tawes memakan alga bersel satu (uniseluler), plankton, lumut-lumutan, dan ganggang penempel (epiphyton) sedangkan tawes remaja menyantap tanaman air menyerupai hydrilla dan daun-daunan.

Tawes bersifat herbivora, utamanya memakan berkembang-tumbuhan seperti Hydrilla, aneka tumbuhan air, dan daun-daunan yang terjatuh ke sungai. Tawes mau juga memangsa aneka invertebrata. Suhu air yang ideal untuk hidupnya antara 22-28 °C.

Sifatnya selaku herbivora mampu dimanfaatkan untuk mengontrol gulma air. Penelitian yang dilaksanakan di Danau Maninjau, Sumatera Barat, menerima bahwa ikan tawes dan nilem yang tidak diberi pakan secara khusus sudah mengkonsumsi aneka fitoplankton yang terdapat di danau, sehingga jenis-jenis ikan ini berpotensi untuk dipakai selaku pembersih air dana.

Secara umum ikan tawes simpel berkembang biak di alam aslinya. Pemijahannya terjadi pada permulaan ekspresi dominan penghujan, alasannya adalah pada keadaan ibarat ini permukaan tanah dipinggir sungai, rawa dan danau yang kering dikala animo kemarau akan digenangi air pada ketika demam berita penghujan yang dapat mengakibatkan rangsangan berupa wangi tanah (petrichor). Telur-telur ikan tawes bersifat demersal (melayang didasar perairan) tanpa derma dari induknya sehingga telur tersebut berserakan didalam air.

Meski sesungguhnya ikan tawes ialah ikan yang termasuk herbivore atau pemakan tumbuhan, tetapi ikan tawes yang sudah dikembang biakkan di bak mampu diberi makan pelet atau masakan alami berbentukdaun talas. Perkembangan ikan di kolam akan jauh lebih singkat alasannya teladan makan yang cukup dan terorganisir dan maksudnya yaitu selaku ikan konsumsi mengakibatkan ikan tawes jarang di gunakan sebagai ikan pancingan di kolam–bak pancing.

Ikan tawes bergotong-royong bukan termasuk ikan air tawar yang harganya mahal, namun tergolong juga salah satu ikan dengan nilai irit penting karena disamping mencukupi keperluan gizi juga sebagai perhiasan penghasilan bagi pendapatan keluarga. Permintaan pelanggan akan ikan tawes menimbulkan acara pembesaran semakin meningkat dan menuntut usaha pembenihan untuk menciptakan benih yang siap tebar dalam perjuangan pembesaran. Umumnya ikan tawes dalam usaha budidaya mudah dikawinkan setiap saat tanpa mengenal gosip terkini dengan melaksanakan manipulasi lingkungan, sehingga tidak jarang pembudidaya melaksanakan usaha pembenihan bersamaan dengan aktivitas pemijahan, penetasan dan pendederan didalam satu bak.

Kolam yang dipakai lazimnya berskala 200 m2 dengan kedalaman 0,5 - 0,75 meter. Jika akan melaksanakan pemijahan, ikan tawes tidak memerlukan obat perangsang untuk mempercepat proses pemijahan atau alat bantu ibarat kakaban sebagai daerah untuk melindungi telur-telurnya, ini dikarenakan telur ikan tawes bersifat demersal atau melayang didalam bak. Telur-telur ikan tawes ini mempunyai dinding atau kulit yang sungguh tipis dan akan menetas dalam waktu yang relatif singkat sekitar 13 jam dengan suhu antara 24 – 32 0C. Setelah berumur 6 bulan, ikan tawes telah bisa dijadikan lauk di meja makan, teman nasi hangat yang nikmat. Jika ikan tawes dibentuk berlimpah, maka jalan penyelamatannya selain selaku induk baru (regenerasi) dan dipasarkan dalam bentuk segar, mampu juga diawetkan selaku ikan dendeng atau ikan asin yang sangat disukai oleh masyarakat.

Ikan ini tergolong satu dari lima jenis ikan air tawar terpenting dari pemeliharaan di Thailand. Sebagaimana ikan nila, tawes gampang dipelihara tanpa memerlukan teknik yang rumit dan mahal, menjadikannya ikan kolam yang terkenal di Bangladesh. Taksiran buatan ikan tawes dari pemeliharaan di daerah Asia Tenggara dan Bangladesh yakni lebih dari 50.000 ton di tahun 1994.
Bebrapa jenis ikan tawes




 
 
 
Referensi :
harus di isi/search?q=ikan-nila
http://www.kkp.go.id/ikanhias/index.php/products/price/12/Ikan-Tawes-Puntius-Gonionotus/
http://www.pemancing.com/ikan-tawes
http://www.iftfishing.com/fishing-guide/fishypedia/tawes